29 Jan 2009

Ah….. Mas Nurani…..

Saya mengenal Nurani Soyomukti dari layar hijau MiRC, pada tahun awal kuliah saya. Untuk mengisi kebosanan sebagai mahasiswa baru yang masih sering blank atas apa yang harus saya lakukan, jadilah jendela ngobrol itu saya jadikan ajang untuk menghilangkan kejenuhan. Awalnya saya pikir Mas Nurani adalah orang yang ‘sama’ dengan saya, tapi kemudian semua berubah ketika Mas Nurani datang ke kosan. Mbak kos saya yang aktivis, terkaget-kaget begitu tahu saya mengenal Mas Nurani. Saya masih ingat benar apa kata-kata mereka selepas kedatangan Mas Nurani. “Dek Faiza kok bisa kenal Mas Nurani sih? Dari mana? Hati-hati lho Dek, dia itu orang ‘kiri’.” Saya yang memang masih baru sekali terhadap dunia perkampusan, hanya manggut-manggut mendengar kata-kata salah satu mbak kos saya yang memang ‘pejuang’ dari ‘pihak kanan’.

Dari situ, saya mulai tahu, bahwa kakak angkatan saya yang selalu menyisir rapi rambutnya dengan belahan tengah yang khas itu, memang not just anordinary man. Di lingkungan kampus namanya sudah seperti nama rektor saja. Siapa sih yang nggak kenal Nurani. Maka itulah, sangat tidak mengherankan sekali bagi saya, ketika ia akhirnya bisa menerbitkan bukunya, REVOLUSI BOLIVARIAN HUGO CHAVEZ DAN POLITIK RADIKAL, yang diterbitkan oleh Resist Book kuartal pertama tahun ini.

Apa yang ia tulis, tidak jauh-jauh dari apa yang selama ini ia geluti. Dunia Hubungan Internasional dan Sosialisme. Sesuatu yang sepertinya telah menjadi satu bagian besar dalam dirinya. Yang mungkin juga salah satu bentuk perlawanannya terhadap sebuah sistem global yang tak semestinya memaksakan hegemoninya.

Dimulai dari kritik pedas yang ia lontarkan terhadap Francis Fukuyama dan bukunya The End of History and the Last man, yang menyebutkan bahwa kemenangan liberalisme dari semua persaingan tidak hanya berarti berakhirnya masa perang dingin, tapi juga akhir dari sejarah itu sendiri, yaitu titik akhir evolusi ideologi manusia. Universalitas demokrasi liberal barat dianggap sebagai bentuk terakhir dari pemerintahan manusia. Tentu ini adalah suatu hal yang sangat mengusik Mas Nurani yang juga mengacu pada pendapat beberapa tokoh, misalnya saja Jacques Derrida, yang dengan metode dekonstruksinya menyebutkan bahwa apa yang ditulis Fukuyama dalam bukunya itu memperlihatkan adanya kesenjangan dalam sistem pemikiran yang terkandung dalam gagasan Fukuyama. Jika Fukuyama memandang bahwa penerimaan terhadap ideologi liberalisme berhembus sangat kuat dalam angin ‘konsesnsus yang sangat luas’, Derrida justru melihat bahwa liberalisme berada dalam keadaan terkepung. Dapat dilihat dari banyaknya perlawanan (pengepungan) terhadap kapitalis itu sendiri. Liberalisme telah menyemai benih ‘sosialisme’ sebagai alternatif, serta gagasan tentang ‘dunia lain’ di luar liberalisme. Another world is possible.

Berawal dari situlah Mas Nurani mulai menjelaskan tentang gerakan-gerakan yang muncul di berbagai belahan dunia untuk menentang hegemoni kapitalis, yang memang terutama muncul dari Amerika Latin. Dimana sejak tahun 1930-an, dimotori oleh Presiden Mexico, Cardenas, yang menasionalisasi perusahaan-perusahaan minyak Amerika Serikat.

Venezuela sendiri, yang menjadi titik tekan dari buku yang ditulisnya, juga tidak kalah hebat dengan Mexico dalam usaha perlawanannya melawan kapitalisme global yang juga mulai menggerogoti kesejahteraan negaranya. Adalah Mayor Hugo Chavez Frias, instruktur Akademi Militer Nasional yang mengorganisir Pergerakan Bolivarian Revolusioner (Revolutionary Bolivarian Movement—MBR200) di tahun 1992, dengan mengadakan aksi pemogokan rakyat melawan kenaikan harga BBM dan kebijakan pendidikan yang merugikan rakyat dan hanya menjadi agenda kebijakan neoliberal. Gerakan ini gagal. Chavez ditangkap. Namun ia menjadi populer di mata rakyat. Setelah ia bebas, namanya semakin menjulang seiring partainya “Pergerakan untuk Republik Kelima” (The Movement for a Fifth Republic), memenangkan Pemilu di tahun 1998. Pada bulan April 2002, dua bulan setelah Chavez menasionalisasi perusahaan minyak, pemerintahannya dikudeta oleh pihak oposisi yang terdiri dari kaum kapitalis yang disokong Amerika Serikat. Namun, kudeta itu hanya bertahan dua hari saja, karena rakyat masih menginginkan Chavez memimpin mereka.

Semenjak kepemimpinan Chavez, Venezuela memang menjadi salah satu momok bagi kapitalis Amerika Serikat. Bukan hanya penolakan mentah-mentah yang kerap kali ia lontarkan tatkala Amerika mengajak ‘bekerjasama’, namun juga kemajuan-kemajuan signifikan yang telah dicapai oleh Venezuela. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa kemandirian Venezuela dan sosialisme yang mengakar di negara tersebut telah mengantarkannya menuju jalan yang lebih baik. Kekayaan minyak yang memang melimpah, digunakan untuk mendanai program-program pengembangan peningkatan kehidupan rakyat. Dalam bidang pendidikan misalnya, program pemberantasan buta huruf telah berhasil mengurangi masyarakat buta huruf berdasar standar PBB. Selain itu juga ada program penciptaan sekolah Bolivarian yang baru, yang memasukkan 1,5 juta rakyat ke sekolah-sekolah gratis. Juga pembangunan Universitas Simon Bolivar, yang membebaskan rakyat Venezuela dari biaya yang melambung untuk dapat masuk perguruan tinggi. Hal yang sama juga terjadi pada aspek-aspek lain, sseperti halnya kesehatan, dan perjuangan pengakuan terhadap hak-hak dan identitas perempuan.

Lebih dari itu, segala keberhasilan Venezuela dan revolusi Bolivarian yang dilakukan Chavez, Mas Nurani pada bab akhir bukunya mengharap kita, bangsa Indonesia, untuk bisa memetik pelajaran dari apa yang telah dilakukan Venezuela. Mendorong gerakan buruh, pemerintah yang berpihak kepada rakyat, nasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum.

Buku yang ditulis Mas Nurani ini memang mungkin bukan tipe buku yang akan habis satu kali baca. Bagi Anda yang memang awam dengan dunia politik internasional, terutama kawasan Amerika Latin, Anda mungkin harus berkali-kali membalik halaman yang telah Anda baca, hanya untuk mereview ulang, Morales itu presiden negara mana sih? Daniel Ortega tadi siapa yah? Juga banyaknya kesalah keredaksionalan dalam buku ini, akan membuat Anda sedikit memicingkan mata, untuk membenarkan kata dan ejaan yang salah dalam hati.

Dan akhirnya setelah Anda berhasil merampungkan buku ini, Anda mungkin sama dengan saya yang akhirnya sepakat dengan kata-kata Mbak kos saya tentang Mas Nurani, dia memang ‘orang kiri’. Pembelaan berlebihan terhadap sosialisme akan Anda temukan dengan mudah di halaman-halaman buku setebal 209 lembar ini. Bukannya apa-apa, tapi saya kira terlalu naïf ketika kita mengatakan bahwa, kapitalisme harus ‘dihancurkan’, diganti dengan ‘sosialisme’ yang ‘terbukti’ membawa pencerahan seperti di negara-negara Amerika Latin. Tak ada sistem yang sempurna. Seperti halnya liberalisme yang mengalami pengeroposan bangunan disana-sini, demikian pun sosialisme. Dalam konsep keadilan misalnya. Di halaman 119 buku ini, Anda yang sedang menjabat sebagai anggota Dewan atau paling tidak bercita-cita akan menjabat sebagai anggota Dewan, akan sangat enggan untuk pindah ke Kuba. Pasalnya, gaji Deputi Dewan Rakyat disana tidak boleh melebihi gaji buruh pabrik. Falsafah yang digunakan mengenai hal ini adalah bahwa sosialisme mengajarkan tidak boleh ada pemisahan dan pembedaan antara kerja fisik dan kerja intelektual. Para pekerja pabrik mungkin akan tersenyum lebar, sedangkan Deputi Dewan Rakyat akan menangis berkepanjangan. Keadilan bukanlah seperti timbangan daging semata. Melainkan, penempatan segala sesuatu yang sesuai tempat dan posisinya. Bukan tidak mungkin, jika memang benar terjadi demikian di Kuba, maka bukan lagi kaum buruh yang mengadakan gerakan, tapi gerakan kaum dewan yang akan berevolusi. Sekali lagi, takkan ada sistem yang sempurna di dunia ini. Dan sebuah sistem yang dinyatakan berhasil di suatu negara belum tentu akan berhasil pula jika diterapkan di negara lain. Sosialisme pun lahir dari antitesis liberalis-kapitalis. Dan mungkin yang perlu kita cari sekarang adalah sintesis dari keduanya.

Namun, di balik itu semua, saya, dan mungkin Anda akan sependapat dengan saya, SALUTO Mas Nurani…

* Faizatul Hiqmah

Selengkapnya......

17 Jun 2008

Beginilah Cara Koran Tempo Menyerang Sastra Islam

Karena tulisan ini menarik, yang ditulis oleh Jonru, maka kami pikir tidak ada salahnya jika hal ini kami bagi buat pembaca semua. Berikut ini adalah cuplikannya:

NB: Sebelum membaca tulisan di bawah ini, ada baiknya Anda menyimak dulu latar belakang ceritanya di sini. Terima kasih :)

* * *

Bagi Anda yang sudah membaca novel The Da Vinci Code, pasti familiar dengan seorang tokoh bernama Silas. Dia seorang albino, lugu, taat luar biasa pada jamaahnya (mungkin semacam taqlid buta), tapi ia tak sadar bahwa selama ini ia hanya diperalat oleh sebuah mafia kelas kakap. Dan dapat ditebak, tokoh-tokoh seperti Silas yang muncul di film atau novel, nasibnya selalu sama: mati mengenaskan di tangan orang yang selama ini memperalat dia. Untuk lebih jelasnya anda bisa lihat di link berikut ini:

http://www.jonru.net/beginilah-cara-koran-tempo-menyerang-sastra-islam

Selengkapnya......

PUZZLE OF MY LIFE

Namaku Diva, aku hanya seorang siswi di SMA Negeri Kasih Bunda yang kebetulan saja merupakan personel dari sebuah band lokal beraliran rock yang lagi naik daun. Aku seorang vokalis yang merangkap sebagai bassis dalam band itu.

Bandku bernama DeJaVu, dan memiliki 5 personel. DeJaVu memiliki dua vokalis, yaitu aku dan Alfa. Gitar dipegang oleh Ferre dan Febri, drum dipegang Gio. Alfa merangkap sebagai keyboardis. Walaupun band kami baru saja 2 tahun berdiri, tapi sudah terkenal. Kami sering mendapat order untuk manggung. Kami berlatih selama 2 kali seminggu. Tapi, kalau kami mendapat orderan, kami akan meningkatkan frekuensi latihan kami.

Oh ya, aku satu-satuya personel cewek dan masih duduk di bangku SMA. Tapi itu nggak masalah buat aku karena teman-teman band-ku semuanya baik sama aku dan tidak pernah mempermasalahkannya.

Walaupun aku tergabung dalam sebuah band yang sering manggung di sana-sini, sekolahku tetap berjalan lancar. Bahkan aku masih sempat untuk ikutan beberapa ekskul di sekolahku. Selain itu aku juga masih punya waktu untuk mengikuti bimbel.

***

Suatu hari DeJaVu mendapat order manggung di kafe “ Angel’s Wings”. Tentu aja kami semua senang. Honor yang didapat lumayan gede sih.

“ Guys, kita harus latihan lebih sering, biar nanti kita nggak malu-maluin pas kita manggung. Ok!” Alfa menyemangati kami.

“ Siii….pppp,” kompak kami menjawab.

Akhirnya tibalah hari yang dinantikan, 9 Oktober. Kami semua menyiapkan segalanya. Ferre, Gio, Alfa, dan Febri menyiapkan kostum mereka dan merias wajah masing-masing. Khusus untuk aku, ada tukang rias sendiri. Walaupun aku cewek, aku nggak pernah bisa dalam urusan make-up dan rias wajah. Aku tuh paling males kalau disuruh pake make – up, paling cuma pake bedak udah cukup.

Tok…Tok…Tok…“Diva, dah selesai belum?” suara Alfa dari balik pintu.

“ Bentar, Fa,” jawabku dari dalam.. Beberapa menit kemudian aku telah siap, aku menemui Alfa yang menungguku di depan pintu.

“ Yuk, Fa!” ajakku. Sekilas ia menatapku, kemudian kami keluar menuju halaman, dimana temen – temen kami sudah menunggu.

“ Duh, Tuan Putri kok lama banget sih?” celetuk Febri.

“ Sorry deh,” ucapku sambil tersenyum.

Kami semua kemudian berkumpul dan berdoa bersama. Kemudian kami naik mobil yang telah disediakan.

“ Div, kamu ikut mobilku aja,” ucap Alfa tepat saat kakiku naik mobil yang mengangkut peralatan kami.

“ Nggak Fa, aku disini aja. Mobil kamu kan dah penuh,” aku menolak dengan halus. Aku sungkan kalau harus ikut mobil Alfa.

“ Nggak kok, di jok depan kan kosong,” ucap cowok berambut cepak, Ferre.

“ Udah deh Div, kamu ikut sini aja, yuk,” ucap Alfa sedikit memaksa.

Mau nggak mau aku ikut Alfa. Aku mengekor Alfa menuju Avanza - nya. Setelah aku masuk, Alfa menghidupkan mesin mobilnya. Alfa melarikan Avanza – nya dengan kecepatan sedang. Ferre, Febri, dan Gio asyik bercanda dan tertawa – tawa. Selama perjalanan aku sibuk memainkan hp-ku. Sesekali Alfa menoleh padaku dengan pandangan heran.

“ Fa, sekarang hari apa?” tiba – tiba aku bertanya.

“ Selasa. Memangnya kenapa?” Alfa mengernyitkan keningnya.

“ Lho, Diva bukannya hari ini jadwal kamu untuk bimbel?” Febri menimpali.

Aku hanya mengangguk,bingung. “ Gimana donk?” tanyaku panik.

Ketiga cowok di jok belakang saling bertukar pandang dan kemudian mereka menggeleng berbarengan. Sedangkan Alfa membuka dashboardnya dan mencari sesuatu di sana. Aku hanya memandangi Alfa penuh harap. Kemudian Alfa menyerahkan secarik kertas padaku.

“ Tolong kamu liat jadwal kita,” ucap Alfa, perhatiannya tertuju lurus ke depan.

Aku menerima kertas dari Alfa dan melihatnya dengan seksama. Barangkali ada pemecahan di sana. Karena aku melihatnya untuk diriku sendiri, Alfa memintaku untuk membacanya dengan keras. Setelah aku baca, Alfa terlihat berpikir serius.

“Kita mulai jam 14.30 sampai jam16.45. Trus kita break sampai jam 20.00. Bener?” Alfa mencoba memastikan. Aku hanya mengangguk.

“ Kita kan bisa cabut pas kita lagi break. Jadi, kamu tetep bisa ikutan bimbel,” saran Alfa.

Ferre, Febri, dan, Gio mengangguk setuju dan mengiyakan saran dari Alfa. Tapi, aku ragu. Aku bingung. Memang bisa, tapi untuk ke tempat bimbel aku harus pakai apa? Alfa menyadari diriku yang masih kebingungan.

“ Aku ntar yang anterin kamu ke tempat bimbel. Nggak boleh nolak,” ucap Alfa menjawab pertanyaan yang berseliweran di kepalaku. Aku langsung menoleh menatapnya heran.

“ Kenapa?” tanya Alfa yang merasa tidak nyaman kutatap seperti itu.

“ Kok tahu?” aku balik tanya.

“ Tahu apa?” tanya Alfa tidak mengerti. “ Oh.. keliatan kok dari raut muka kamu. It’s written all over your face,” lanjut Alfa sambil nyengir.

Aku tercenung mendengar jawaban dari Alfa. Sedetik kemudian aku tertawa kecil menyadari kepolosanku. Akhirnya kami semua menikmati perjalanan kami menuju tempat kami manggung.

Kami tiba di tujuan tepat pada waktunya. Setelah breafing beberapa menit, kami langsung menuju panggung dan tampil performa selama dua jam lebih. Tibalah saat istirahat. Semuanya terlihat santai karena lelah, kecuali aku dan Alfa yang harus segera cabut ke tempat bimbelku.

“ Fa, beneran nggak papa?” aku masih belum yakin atas saran Alfa tadi.

“ Bener kok, kamu nggak ngerepotin,” Alfa tersenyum meyakinkan aku.

Kami berdua kemudian menuju Avanza hitam metalik milik Alfa. Aku merasa canggung banget, abis biasanya kan rame – rame. Tapi, sekarang cuma kami berdua yang ada di dalam Avanza ini. Pandangan Alfa lurus ke depan, wajahnya terlihat tenang, ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Tak ada yang berinisiatif untuk memecah keheningan di antara kami. Kami berdua sama – sama berdiam diri, tak ada suara kecuali lagu The Rose yang disetel oleh Alfa.

“ Thanks banget,” aku buka suara, abis kalau diem terus kan nggak enak.

“ For what?” Alfa menoleh sekilas.

“ Everything,” jawabku singkat. Alfa tersenyum dan mengangguk. Suasanapun mencair, tidak tegang seperti tadi. Kami saling bercanda dan tertawa.

Tiba – tiba Alfa mengerem mobilnya, ia kemudian menatapku sambil tersenyum. Aku bingung kenapa kok dia menghentikan mobilnya. Alfa hanya geleng – geleng kepala melihat wajahku yang penuh dengan sejuta tanda tanya.

“ Udah nyampek, Non,” Alfa kemudian angkat bicara. Aku kaget banget, lamgsung aku memandang sekitarku. Oh…. Ya, memang sudah sampai. Aku grogi, aku nggak mau keluar.Aku malu kalau harus keluar dengan penampilan kayak gini.

Kostumku semuanya hitam, dari baju, celana, sampai sepatu pun juga hitam. Belum lagi ditambah make – up yang ada di wajahku. Bedak yang lumayan tebel, bibirku terlihat basah akibat lipgloss, dan eyeliner warna hitam yang ada di sekitar mataku. Dengan dandanan seperti itu aku tidak terlihat seperti orang yang akan ikut bimbel, tapi lebih mirip orang yang akan manggung.

Lagi – lagi Alfa bisa menebak apa yang ada dalam benakku. Ia mencoba meyakinkan aku, dan membujukku agar aku mau masuk tanpa harus berganti baju dulu.

“ Nggak bakal keburu kalau kamu ganti baju. Udahlah percaya deh, kamu cantik kok, Div,” Alfa berusaha membesarkan hatiku.

“ Percuma cantik kalau saltum,” aku masih ragu.

Alfa terus – menerus mencoba mebujukku agar aku mau turun. Akhirnya aku menurut juga. Aku turun dari mobil dan kututupi wajahku dengan bukuku. Alfa berusaha keras agar tawanya tidak meledak melihat gelagatku.

“ Ntar aku jemput kamu, jam 19.25 aku dah nyampek sini,key,” Alfa kemudian menghidupkan mesin mobilnya dan melambaikan tangannya. Aku mendengar tawanya meledak sesaat setelah ia menutup kaca jendelanya. Aku hanya merengut melihat kepergiannya. Aku merutuk dalam hati, orang lagi bingung malah diketawain. Dasar nggak berperasaan.

Kulangkahkan kakiku dengan ragu – ragu. Aku merasa seolah seluruh mata yang ada disana memandangku dengan pandangan penuh tanya. Sedetik kemudian aku mempercepat langkahku menuju ruanganku. Kubuka pintu perlahan dan melangkah masuk. Awalnya memang berjalan seperti biasa. Tapi setelah aku benar – benar masuk ke dalam ruangan itu, seluruh mata memandang diriku dari atas ke bawah. Sapuan ala Manhattan ditujukan kepadaku oleh semua orang. Untung saja dari awal aku sudah menutupi wajahku dengan bukuku.

Sedetik kemudian aku langsung menuju bangku kosong dan langsung duduk bersikap seolah aku nggak peduli. Tapi…mukaku merah banget… Semoga saja nggak diabsen, karena kalau diabsen pasti mereka semua bakalan tahu siapa aku. Duh…aku nggak bisa tenang.

Akhirnya, bel pulang berbunyi. Buru – buru kurapikan bukuku dan langsung bersiap untuk cabut. Tiba – tiba dari dalam tasku terdengar chorus dari lagu Love Crime. Aku kaget, langsung kubuka tasku dan mengambil hp-ku yang terus bernyanyi.

“ Halo!” aku setengah berteriak karena gugup.

“ Nggak usah teriak donk, Non,” jawab suara diseberang.

“ Sorry dory mory rasa strawberry pake vanili. Aku nggak bermaksud,” aku merasa nggak enak.

“ Never mind. By the way, kamu masih lama nggak?” tanya Alfa.

“ Tergantung,”

“ Tergantung apa?” tanya Alfa penasaran.

“ Lama nggaknya kamu nelpon aku,” sungutku sebal. Karena dari tadi aku telpon ada beberapa mata yang terus - terusan memandangku. Kenapa sih mereka nggak pulang aja. Biasanya kan mereka langsung pulang begitu bimbel selesai. Sebel…sebel…

“ Ups, ya udah aku tutup ya, kamu cepet kesini,” Alfa menutup telponnya.

Begitu telpon tertutup, aku langsung melangkah keluar untuk segera menmui Alfa. Dia pasti sudah lama nungguin aku.

“ Diva!” seorang cowok berkacamata menarik tasku. Hhh…lagi – lagi halangan untuk segera kabur. Aku menghentikan langkahku, tapi aku tetap menatap pintu yang ada di depanku. Aku nggak berani menoleh sedikitpun.

“Div, kamu ngapain kok pake baju kayak gini?” tanya Vicky, Si kacamata.

“ It’s none of your business. Sorry,” aku berkata pelan. Di ruangan itu hanya ada 4 orang, semuanya sudah pulang. Aku, Vicky, Jo, dan Galih. Praktis, di ruangan itu aku cewek sendirian.

Kini, Vicky telah ada di depanku. Dia melihatku dari atas ke bawah kembali ke atas lagi. Kenapa sih semua orang hari ini memberiku Sapuan ala Manhattan?

“Vick, sorry I have to go,” aku sudah nggak tahan lagi, aku pengen cepet kabur dari tempat ini. Please, somebody help me…

“ Kamu mau nggak nonton konser DeJaVu sama aku?” Vicky berkata datar.

Deg! Walaupun nada suaranya datar, hal itu cukup membuat aku makin gugup. Aku takut ketahuan. Semoga dia nggak jadi nonton.

“ Sorry, aku nggak bisa,” karena akulah yang manggung, aku menambahkan dalam hati. Aku langsung melangkah keluar. Tepatnya berlari kecil.

Aku langsung menghampiri Avanza hitam metalik. Aku tak perduli dengan ketiga cowok itu yang memandangku heran. Aku langsung masuk kedalam. Alfa memandangku cemas, ia menyodorkan botol mineral.

“ Thanks,” aku berterima kasih pada Alfa. Ia hanya mengangguk.

Aku melihat keluar dari kaca jendela. Ternyata ketiga cowok itu masih memandang ke arah tempat kami berada. Mereka terlihat heran. Tapi, aku tak ambil pusing, yang penting aku sudah bisa kabur.

“Yuk, Fa,” ajakku pada Alfa agar segera menjalankan mobilnya. Fiuu..hh leganya..

***

“ Guys, ternyata waktu cepat berlalu. Sebagai penutup acara kita dengarkan lagu terakhir dari De Ja Vu dengan Con Lo Bien Que Te Ves,” suara MC mempersilahkan kami untuk menyanyikan lagu penutup. Terdengar applaus yang meriah dari penonton.

Tepat jam 21.00 acara selesai. Kami berhigh–five di belakang panggung. Capeknya…tapi, aku puas dengan penampilan kami.

“ Minum dulu,” aku menyodorkan botol mineral dan sapu tangan kepada Afa yang terlihat kecapekan.

“ Fa, aku pulang dulu ya. Aku harus istirahat, besok kan aku sekolah,” aku pamit pada Alfa yang sedang meneguk minumannya.

“ Sama siapa?” tanya Alfa.

“ Bareng Febri. Rumah kami kan deket,” jawabku enteng.

“ Naik Satria?” tanya Alfa lagi. Kok aku diinterogasi ya?

Aku hanya mengangguk lalu melangkah pergi. Emangnya aku teroris apa? Pake diinterogasi segala?

“ Diva! Aku anterin kamu,” teriak Alfa lalu menyambar jaketnya.

“ Nggak, rumah kamu ama rumahku kan nggak sejalur. Ntar kamu bolak – balik, aku nggak mau ngerepotin kamu,” tolakku halus.

“ Nggak boleh!” Alfa maksa.

“ Aku lagi pengen naik motor,” aku keukeuh dengan pendirianku.

“ Stop. Pasangan serasi kok bertengkar? Nggak boleh tuh,” tiba –tiba Febri nyeletuk. Kontan, aku dan Alfa menoleh ke arahnya. Dan kami berdua memeletkan lidah.

“ Enak aja pasangan serasi!” sungut kami bersamaan. Menyadari hal itu, kami tiba tiba terdiam. Mukaku merah banget.

“ Pokoknya aku anterin kamu. Dah jangan bawel,” ucap Alfa setengah memaksa. Ia langsung ngeloyor sebelum aku sempat membuka mulut untuk membalasnya.

Mau pulang aja kok mesti repot. Hhhh…SEBEL.

***

“ Hai…kok ngelamun sendirian, ntar kesambet loh,” Alfa mengagetkanku.

“Eh..kamu lagi. Kalo punya hobby tuh yang bagusan dikit kenapa sih? Hobby kok ngagetin orang? Dasar cowok aneh,” aku berakting sebal. Alfa hanya tertawa kecil dan langsung duduk di sebelahku tanpa permisi.

“Aku tadi teringat kejadian 3 tahun yang lalu. Ternyata DeJaVu masih bertahan sampai 5 tahun. Semoga saja bisa bertahun – tahun lagi,” kataku menerawang.

“ Doo…rrr!!” Alfa ngagetin aku lagi, ia langsung kabur.

“ ALFA!!! DASAR COWOK ANEH!!!” teriakku sambil memburunya.

*********

Dhiya An Nazhifah



Selengkapnya......

28 Feb 2008

Sukses Memotifasi Sukses

( Oleh : Vi El-Huda )*

Dewasa ini, dunia seakan-akan sedang di guncang berbagai permasalahan yang seolah makin mencekik leher bumi. Di tambah lagi dengan persoalan-persoalan sepele yang makin membesar akibat ulah-ulah tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Lantas bagaimana mungkin manusia mampu bertahan hidup? Ataukah manusia itu sendiri yang dengan ketidaksadarannya menciptakan lubang kematian? Nah kini bagaimankah menghidupkan kembali kehidupan yang sekarat dan baying-bayang kehancuran seakan menari-nari di pelupuk mata?


Bermula dari istilah “manusia modern”

Seorang sejarawan dan budayawan, Kuntowijoyo mengatakan bahwa saat ini manusia tengah menghadapi bermacam-macam persoalan yang benar-benar membutuhkan pemecahan segera. Situasi yang penuh problematika di dunia modern umumnya disebabkan oleh pemikiran manusia itu sendiri. Di balik kemajuan ilmu dan teknologi, dunia modern sesungguhnya menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan martabat manusia. Umat manusia telah berhasil mengorganisasikan ekonomi, menata struktur politik, serta membangun peradaban yang maju untuk dirinya sendiri. Tetapi pada saat yang sama, kita juga melihat bahwa umat manusia telah menjadi tawanan dari hasil-hasil ciptaannya itu. Sejak manusia memasuki zaman modern, yaitu sejak manusia mampu mengembangkan potensi-potensi rasionalnya, mereka memang telah membebaskan diri dari belenggu pemikiran mistis yang irasional dan belenggu pemikiran hukum alam yang sangat mengikat kebebasan manusia. Tapi ternyata di dunia ini manusia tak dapat melepaskan diri dari jenis belenggu lain yaitu penyembahan kepada dirinya sendiri.1

Kemudian, nilai manusia kini terdegradasi oleh proses bekerjanya teknologi. Ketika manusia masih bekerja dengan tangan, dengan alat-alat yang masih sederhana, manusia menjadi penguasa ; artinya manusia masih menguasai kerjanya sendiri. Tapi kini, ketika manusia menjadi bagian dari logika produksi teknologi modern, ia hanya hanya menjadi elemen mekanisasi, dan elemen otomatisasi teknologi. Ia berubah menjadi sekedar sebuah factor dari mesin, tak lain sebagai bagian dari mesin itu. Karena itulah manusia di zaman modern ini menjadi terbelenggu oleh proses teknologi. Ia teralienasi dari kerjanya sendiri, hasil kerjanya, sesamanya dan dari masyarakatnya.2

Selanjutnya, menurut Nurcholis Madjid, persoalan serius yang tengah di hadapi oleh manusia modern adalah hilangnya hidup bermakna (meaning life). Factor-faktor penyebabnya antara lain, tekanan yang berlebihan dari segi material kehidupan. Kemajuan dan kecanggihan dalam “cara” (baca:teknik) mewujudkan keinginan memenuhi kehidupan material yang merupakan cirri utama zaman modern, ternyata harus ditebus dengan ongkos yang amat mahal, yaitu hilangnya kesadaran akan makna hidup yang mendalam. Definisi “sukses” dalam perbendaharaan kata manusia modern hampir-hampir identik hanya dengan keberhasilan mewujudkan angan-angan dalam kehidupan material. Ukuran “sukses” dan tidak sukses kebanyakan terbatas hanya kepada seberapa jauh orang yang bersangkutan menampilkan dirinya secara lahiriah, dalam kehidupan material.3

Pada gilirannya, manusia modern pun mengabaikan “kesuksesan rohaniah”, yang sebenarnya sudah “built in” dalam dirinya. Pengabaian “kesuksesan rohaniah” inilah yang berimplikasi pada kegersangan spiritual. Rector Morehouse College, Georgia, mengatakan bahwa kita memiliki orang-orang terdidik yang jauh lebih banyak sepanjang sejarah. Kita juga memiliki lulusan-lulusan perguruan tinggi yang lebih banyak. Namun, kemanusiaan kita adalah kemanusiaan yang berpenyakit…bukan pengetahuan yang kita butuhkan; kita sudah punya pengetahuan. Akan tetapi kemanusiaan sedang membutuhkan sesuatu yang spritual.4

Nurcholis Madjid menambahkan bahwa kekosongan jiwa ini berakibat pada kehilangan makna hidup. Negara-negara maju di kenal banyak terjangkit “penyakit” bunuh diri. Justru negara-negara yang paling maju adalah yang paling parah terserang penyakit bunuh diri itu, seperti negara-negara skandinavia (denmark, norwegia dan swedia) juga jepang. Mengapa demikian, tidak lain ialah karena kosongnya makna hidup akan membuat orang tidak memiliki rasa harga diri yang kokoh, juga membuatnya tidak tahan terhadap arti penderiataan. Dan penderitaan bukanlah hanya dalam arti kekurangan harta benda. Lebih dari penting lagi ialah penderitaan jiwa karena pengalaman hidup yang tidak sejalan dengan harapan.5

Sempurnalah sudah penderitaan akibat ke”modernisasi”an yang membelenggu fikiran dan hati kita. Sesungguhnya kita adalah “korban” modernisasi yang tengah merindukan spirituaitas. Kita memiliki hati tapi kita bukanlah “the knowing heart” (hati yang bermakrifat, meminjam istilah Kabir Helminski). Lantas siapakah sebenarnya kita? Penulis mengutip sebuah ungkapan seorang sufi besar Abd. Al Wahab (1739-1829) :

Siapakah kita ini? Siapa yang bisa tahu sebenarnya kita siapa?

Kadang merasa beruntung, kadang merasa terkutuk.

Kadang mengabdi, kadang merasa bebas abadi.

Kadang mewujud, kadang tanpa wujud.

Kadang hati begitu tenang, kadang gelisah.

Kadang mereka tercerahkan sudah, kadang bingung.

Siapakah kita sebenarnya?

“keabadian” itulah dirimu, jawaban apa lagi yang sedang kau cari?

Jelaslah disini bahwa zaman sekarang ini rata-rata manusia sudah merasa tidak mengenal dirinya sendiri. Padahal ketidakjelasan identitas diri akan sangat berpengaruh terhadap cara pandang kita dalam menjalani kehidupan ini. Terlebih lagi apabila kita tidak memahami tujuan kita berada di muka bumi ini, otomatis hidup kita akan berjalan kacau dan berjalan tidak terarah dan bahkan mengikuti arah angin saja. Sebaliknya dengan memahami arah tujuan hidup ini, Insya Allah setiap langkah dan aktivitas kita akan selalu terpandu ke arah tujuan kita tersebut.

Sebagai seorang muslim/muslimah, Allah telah memberikan dua pedoman sebagai petunjuk (hidayah) kita dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. Al qur’an dan hadits telah ada di sekeliling kehidupan kita namun kadang kita dibutakan oleh duniawi sehingga kita tiada pernah menyadari keberadaan kedua pedoman tersebut. padahal jika kita mau menggali makna makna yang terkandung didalamnya Insya Allah seluruh pertanyaan kita di atas akan terjawab. Berikut marilah kita mencoba menyelami hidup untuk menuju kesuksesan yang sesungguhnya kita cari.

Mengingat kembali tentang tujuan keberadaan kita

Allah SWT telah menjelaskan alasan mengapa kita diciptakan yakni didalam al qur’an surat Adz dzariyat (51) ayat 56 : “Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. Dengan demikian jelaslah bahwa Allah SWT sebagai pencipta sekaligus penguasa, memiliki hak untuk mengatur diri kita. Ini berarti, keberadaan manusia di muka bumi ini, siapapun itu, tiada lain dalam rangka beribadah kepada Allah.

Pada hakikatnya itu semua untuk kebaikan diri kita sendiri. Namun banyak sekali manusia yang tidak menyadarinya, bahkan ada juga yang tidak peduli apakah perbuatan yang dilakukannya itu mendapat ridha dari Allah atau tidak. Padahal, niat yang ikhlas hanya mengharapkan keridhaan Allah itu adalah kunci kebahagiaan seorang muslim. Tanpa keridahaan-Nya, semua perbuatan kita itu akan tertolak dan mendapat murka-Nya.

Jika kita meyakini bahwa tujuan hidup kita adalah menggapai ridha Allah, insya Allah kita akan berusaha agar setiap aktivitas kita selalu diarahkan untuk mendapatkan keridhaan Allah itu. Ada satu hal penting. Walaupun tujuan akhir kita itu diakhirat, bukan berarti kita benar-benar melupakan kehidupan dunia. Bukan pula berarti kita memisahkan urusan dunia dari urusan agama. Justru sebaliknya kita di perintahkan oleh Allah untuk kaffah (menyeluruh) di segala aspek kehidupan dalam menjalankan Islam. Islam bahkan menyuruh kita untuk tawazun (seimbang) dalam hidup, seimbang antara dunia dan akhirat; seimbang antara pemanuhan akal, ruhiyah dan jasad (bahkan … Rasulullah yang berpredikat nabi pun memperhatikan hal ini. Jadi, jelaslah bahwa meski bagaimanapun, kita terikat kepada Allah, pencipta kita. Kita akan kembali pada Nya untuk mempertanggungjawabkan semua aktivitas kita di dunia ini.

Kini coba kita bayangkan ketika kita dililit sebuah permasalahan yang sangat berat, kira-kira bagaimana sikap kita dalam menghadapi permasalah tersebut? mungkinkah kita akan panik, stress, bingung atau kita merasa sebagai orang yang paling sial/malang didunia ini, dan keluhan-keluhan lain akan keluar begitu saja dari lisan kita. Padahal sesungguhnya jika sedang dilanda masalah, keluh kesah dan caci maki bukanlah solusi. Justru tindakan seperti itu akan melahirkan masalah baru yang mungkin akan lebih rumit. Yang terpenting adalah mengubah cara berpikir kita yang negatif menjadi positif.

Rasulullah SAW, bersabda, “Menakjubkan keadaan orang-orang beriman, urusan apapun baginya jadi baik dan tidak ada yang demikian itu pada siapapun kecuali pada orang-orang yang beriman. Jika mereka mendapat nikmat, mereka bersyukur, maka yang demikian itu baik baginya. Jika mereka tertimpa keburukan atau musibah, mereka bersabar maka yang itu lebih baik baginya”. Pernahkah terpikir oleh kita bahw sebenarnya berat atau tidaknya suatu masalah yang kita hadapi bergantung bagaimana cara kita memandang permasalah tersebut. Dan ketika kita mampu mengubah cara pandang kita mengenai permasalah itu, insya Allah, semua itu terasa lebih ringan karena kita menghadapinya dengan kesabaran.

Sesungguhnya, Allah SWT, tidak akan memberikan cobaan melainkan yang sesuai dengan kesanggupan kita, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala yang diusahakannya dan ia mendapat siksa yang dikerjakannya. (mereka berdoa) ‘ya Tuhan kami, janganlah Engkau hokum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak sanggup memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (Al baqarah, 2:286)

Dalam agama Islam, permasalah dalam hidup ini adalah sebagai ujian atas keimanan kita. Jadi, berusahalah untuk memecahkan masalah dengan sebaik-baiknya. Setelah kita melakukan yang terbaik, langkah berikutnya adalah bertawakkal kepada Allah. Jika hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, kita bersyukur pada Nya, Karena pada hakikatnya hasil tersebut terjadi atas izin Allah. Sebaliknya, jika hasilnya tidak sesuai atau gagal, kita akan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah, disertai keyakinan adanya hikmah dari Allah yang dapat kita ambil di balik kejadian itu. Demikianlah untaian nasihat dari tim ILNA (Ilman na’fiaan).

Memulai perubahan dari diri sendiri

Mengubah diri dengan sadar, sebenarnya sama dengan mengubah orang lain. Walaupun di tidak mengucap sepatah katapun untuk perubahan itu, perbuatannya sudah menjadi ucapan yang sangat berarti bagi orang lain. Percayalah, kegigihan kita memperbaiki diri akan membuat orang lain melihat dan merasakannya.

Oleh Karena itu, sudah sepatutnya jika kita menanamkan keyakinan dalam diri kita bahwa: “jika saya tidak berubah, maka saya akan celaka” “jika saya tidak mengubah diri saya maka saya tidak akan mengubah apapun atau siapapun” dan “jika saya tidak mengubah diri saya, berarti saya akan menghancurkan hidup saya”. Begitulah Aa Gym menuliskan prinsipnya dalam buku Aku Bisa.

Selanjutnya beliau menambahi bahwa kunci yang harus kita miliki adalah, pertama, keberanian untuk mengetahui kekurangan diri kita sendiri. Dengan keberanian inilah kita akan lebih mudah dalam mengubah diri. Kata kuncinya ialah keberanian. Berani mengejek itu gampang, berani menghujat itu mudah. Akan tetapi, tidak setiap orang berani melihat kekurangan diri sendiri. Keberanian seperti inilah sebenarnya yang menjadi milik orang-orang yang akan sukses.

Orang yang berani membuka dan memperbincangkan aib dan kekurangan orang lain itu biasa dan tidak istimewa, Karena hal itu dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki apapun. Akan tetapi jika kita berani melihat kekurangan dalam diri kita sendiri, dan bertanya tentang kekurangan tersebut, lantas kemudian me-manage dan melakukan revolusi (perubahan) itulah yang luar biasa istimewa.

Tahapan kedua adalah riyadhah atau latihan. Dalam latihan harus ada program yang di jalankan. Contohnya, membuat program harian melenyapkan penyakit hati. Misalnya shaum dalam berbicara sehari; hanya akan mengatakan hal yang baik dan bermanfaat. Setiap selesai shalat, kembali kita evaluasi lalu bertobat. Dengan begitu kita akan selalu bertemu dengan perbaikan.

Sabarlah dalam memperbaiki diri. Sangat mungkin memakan waktu hingga satu bulan, dua bulan bahkan bertahun-tahun. Hal terpenting adalah kita kita tetap istiqamah dalam memperbaiki diri. Marilah kita bangkit dengan membenahi diri kita sebaik mungkin, hingga kir=ta benar-benar dapat mengendalikan diri kita sendiri. Mulailah dari mencoba menahan pandangan dengan menundukkan pandangan. Kemudian latih diri kita dalam menahan pendengaran yang dapat menjauhkan kita dari Allah; menahan mulut, jangan mencela, jangan komentar, dan jangan mengeluh. Tetaplah mengendalikan pendengaran, lisan dan pandangan.

Kalau kita sudah dapat mengendalikan diri dengan baik, insya Allah kita dapat menyelesaikan masalah dimanapun kita berada. Sebenarnya, ketika kita menjadi orangtua yang bermasalah, akan menghancurkan anak-anak kita. Begitupula ketika kita menjadi pemimpin yang bermasalah, akan menghancurkan kantor kita.

Marilah kita belajar menahan diri memperbaiki oranglain, sebelum kita gigih memperbaiki diri kita sendiri. Why? Karena kesibukan kita memperbaiki oranglain tanpa diiringi dengan memperbaiki diri sendiri, sebenarnya tidak akan mengubah oranglain, karena pribadi kita pun tentunya akan menjadi contoh yang buruk.

NAH!, Seperti apakah bentuk kepribadian yang PERFECT?

Disini kita mencoba mengkaji tentang bagaimana kepribadian yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim dan muslimah? Berikut tips yang diberikan oleh tim ILNA, antara lain :

1) Akidah yang lurus/bersih.

Rasulullah menempatkan pembinan akhlaq sebagai prioritas utama. Karena akidah-lah yang akan menentukan pola fikir kita ketika menghadapi permaaslahan sehari-hari. Dalam sebuah rumah akidah diibaratkan dengan pondasi yakni penopang dari bagian-bagian rumah diatasnya, tanpa pondasi yang kuat, sebuah rumah akan mudah roboh hanya dengan sekali tiupan angin. Artinya dengan akidah seorang muslim/muslimah tidak akan mudah terperosok kedalam hal-hal yang tidak diridhai oleh Allah.

Inti dari akidah adalah tauhid, yaitu keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb dan Illah manusia. Rabb berarti pencipta, pemilik, pemelihara, dan penguasa. Sedangkan Illah berarti sesuatu yang disembah, dipatuhi, dicintai, ditakuti dan mendominasi diri kita. Ketauhidan inilah yang akan dijadikan landasan dalam setiap perilaku kita.

2) Ibadah yang benar.

Seorang muslim/muslimah akan menjaga keikhlasan dalam ibadah dan melaksanakan ibadah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Kita memahami bahwa ibadah adalah penghubung kita dengan Allah. Oleh karena itu, ketika melakukan ibadah, lakukan dengan ihsan (baik) dan jaga kekhusu’annya, diantaranya dengan memahami arti dari bacaan shalat dan menghadirkan hati (roh) kita ketika melakukan ibadah.

Memang, itu sebuah hal yang sangat sulit sekali, bahkan sekaliber sahabat Rasul pun yang namanya khusyu’ dalam shalat sangat sulit dilakukan. Namun, hal yang terpenting adalah proses atau usaha kita dalam menjaga kekhusu’an tersebut. setiap teringat sesuatu ketika shalat, langsung luruskan lagi focus kita kepada shalat. Lakukanlah terus pelurusan niat tersebut setiap terjadi penyimpangan niat dalam melakukan berbagai aktivitas ibadah. Insya Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha hamba Nya dalam meluruskan niatnya semata-mata karena Allah. Dan salah satu tanda seseorang sudah beribadah dengan benar adalah timbulnya ketenangan dalam batin (jiwa) setelah melakukan ibadah.

Dalam konsep Islam, setiap perbuatan kita di dunia dapat berubah nilainya menjadi sebuah ibadah ketika perbuatan itu diniatkan dalam rangka mencari keridhaan Allah, asalkan perbuatan itu bukan termasuk perbuatan yang maksiat atau berdosa. Subhanallah.

3) Akhlaq yang kokoh.

Seorang muslim/muslimah diharapkan juga memiliki akhlaq islami dalam dirinya sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Beberapa contoh akhlaq islami tersebut antara lain : jujur, tidak takabur, memnuhi janji, menjaga lisan (tidak ghibah dll), menjauhi hal0hal yang syubhat dan menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah dll.

4) Kekuatan jasmani

Seorang muslim/muslimah harus memiliki fisik yang kuat dan segar agar dapat beribadah kepada Allah dan beraktivitas secara optimal. Sebagaimana sabda Rasulullah “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah” (HR Muslim)

5) Keluasan wawasan.

Bagi seorang muslim/muslimah, ilmu merupakan suatu sarana untuk lebih mendekatkan dirinya kepada Allah. Semakin dalam ilmunya, semakin dalam pula keyakinannya kepada kebesaran Sang pemilik ilmu, yaitu Allah SWT. Dalam beraktivitas ataupun beribadah, hendaklah memahami ilmunya agar tidak terjebak dalam perbuatan yang tidak berniali di mata Allah.

6) Berjuang melawan hawa nafsu.

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya” (QS. An Naazi’at (79) :40-41)

Selama ini mungkian kita merasa kesulitan mengendalikan hawa nafsu. Why? Karena selama ini pada diri kita terdapat “pelatih” lain yang ikut membina hawa nafsu kita ke arah yang tidak disukai oleh Allah. Siapakah pelatih itu? Dialah syaithan laknatullah, yang sangat aktif mengarahkan hawa nafsu kita kepada hal-hal yang negatif. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah dalam firman Nya : “Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia sebagai musuhmu karena syaithan itu hanya mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”. (QS Al Fathir :6)

Dengan demikian jelaslah bahwa sesungguhnya yang harus kita waspadai ternyata adalah diri kita. Kita tidak celaka kecuali oleh diri kita sendiri. Jadi prioritas kita saat ini adalah bersungguh-sungguh mengendalikan diri kita (jihaddun nafs). Padahal dalam hidup ini kita lebih sering mewaspadai musuh-musuh lahir kita, tanpa punya kesungguhan untuk mengendalikan diri sendiri. Rasulullah bersabda, “Tidak beriman seorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)”. (HR Hakim) semoga Allah selalu melindungi kita dari hal-hal yang buruk. Amin.

7) Pandai menjaga waktu.

Seorang muslim/muslimah akan senantiasa memperhatikan waktunya agar selalu bermanfaat di hadapan Allah SWT. Mereka berusaha mengelola waktunya agartidak terbuang sia-sia. Rasulullah bersabda bahwa “Ada dua bentuk nikmat yang paling sering diabaikan tanpa disadari, yaitu sehat dan waktu”. Disinilah kita menyadari bahwa satu-satunya hal yang tidak bisa dihentikan adalah waktu.

Setiap orang memiliki jatah yang sama yitu 24 jam; orang yang sukses dengan orang yang gagal, begitupun calon ahli surga dan calon ahli neraka. Karena itulah Allah SWT, meletakkan waktu sebagai nilai yang menentukan timbangan kerugian dan keuntungan manusia dalam hidupnya. Seperti yang tercantum dalam surat Al Ashr ayat 1-3: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasehati dalam menaati kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran”. Surat al ashr diatas memang laksana laut tak bertepi. Setiap kali kita men tadabburi nya, setiap itu pula kita menemukan makna-makna baru yang menuntut kesadaran yang lebih intens dalam soal waktu. Dengan demikian, ingatlah waktu tidak akan terulang untuk kedua kalinya.

8) Teratur dalam suatu urusan.

Sebaiknya dalam setiap urusan, kita dapat menyelesaikan dengan baik, teratur, professional, sungguh-sungguh, disiplin dan sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Islam. Kita menghindari proses serabutan atau asal-asalan dalam menjalani hidup karena dalam islam dikenal suatu konsep yang disebut ihsan.

Kadang-kadang kita melakukan sesuatu terkesan asal jadi, yang penting terlaksana, tetapi dari segi mutu kurang baik atau pas-pasan. Padahal, Rasulullah telah mencontohkan bahwa beliau selalu melakukan aktivitasnya dengan upaya yang terbaik supaya hasil yang diperoleh maksimal (itulah ihsan yang dimaksud disini) Insya Allah jika kita sudah berusaha ihsan dalam satu perbuatan, hasil yang akan kita dapatkan akan maksimal juga.

9) Memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri.

10) Bermanfaat bagi orang lain.

Seorang muslim/muslimah sebaiknya memberikan manfaat bagi orang lain, sebagaimana Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”. (HR. Qudhy dari Jabir) mudah kan! Insya Allah.

Dengan pribadi yang sempurna akan memudahkan kita mencapai keinginan yang kita impikan. Insya Allah.

Selanjutnya tentang Rizki

“Berapa banyak binatang melata yang tidak sanggup membawa rizkinya (makanan kebutuhannya), Allah lah yang menjamin rizkinya, juga terhadapmu”. (QS. Al Ankabut (29) : 60).

Dalam surat al ankabut diatas, jelaslah bahwa seluruh makhluq sudah dijamin rizkinya oleh Allah SWT. Yang tidak dijamin adalah pahala/ganjaran. Ganjaran atau pahala harus kita cari, tetapi rizki sudah menjadi jaminan Allah. Oleh karena itu imam Ibn Abi Ath Thailah dalam kitab Al Hikam menganjurkan agar kita jangan merisaukan apa yang sudah di janjikan Allah kepada kita, tetapi risaukanlah kalau kita lalai terhadap kewajiban-kewajiban yang dibebankan terhadap kita.

Aa Gym menuturkan bahwa sesungguhnya kewajiban kita yang pertama adalah husnudzan (berbaik sangka) bahwa Allah adalah Maha Penjamin rizki. Dalam salah satu hadits qudsi, Allah SWT, berfirman : “Aku sesuai dengan prasangka hamba Ku pada Ku”

Yang kedua adalah, berikhtiarlah di jalan yang Allah sukai itu. Kalau Allah menyturuh kita jujur, bersikaplah jujur….why not? Dan tidak jarang kita mendengar ungkapan, “cari rejeki tidak jujur saja susah, apalagi kalau jujur?” astaghfirullah. Bukankah pemberi rizki itu Allah? Jujur dari Allah, tidak jujur juga rizki tetap dari Allah. Jadi, tentu saja lebih baik jujur.

Beliau juga kembali menyatakan bahwa, ada manusia yang setiap hari mencurahkan tenaga, pikiran dan hatinya hanya untuk ikhtiar. Ada juga yang begitu yakin dengan jaminan Allah. Sementara itu, orang yang beruntung adalah orang yang ikhtiar lahir dengan menggunakan akalnya, dan sikap tawakkalnyapun sempurna. Inilah yang membuat dirinya mencapai jaminan dunia dan akhirat dari Allah Azza wa Jalla.

Allah Maha Tahu kebutuhan kita, lebih tahu daripada kita sendiri. Oleh karena itu berbahagialah bagi orang yang tidak pernah bergantung pada amal ikhtiarnya. Tubuh bersimbah keringat dan peluh, tetapi seratus persen bertawakkal kepada Allah SWT. Bila kita mencoba untuk sedikit merenungi tentang rizki, maka rizki itu setidaknya ada tiga macam :

Pertama : yaitu rizki yang dijamin, yaitu penguat tubuh. Adakah di antara pembaca yang pernah tidak makan dua hari saja? Jadi tidak perlu khawatir, sebelum kita mati, rizki kita pasti akan ditemukan. “Tidak ada satupun makhluq yang melata di bumi kecuali dicukupi rizkinya oleh Allah”. (QS. Hud : 6)

Kedua : rizki yang digantungkan. Penggambarannya kurang lebih begini, rizkimu sudah ditetapkan besarnya. Akan tetapi, harus diperoleh dengan jalan ikhtiar di jalan Allah, maka engkau akan bertemu dengan rizkimu.

Ketiga : rizki yang dijanjikan. Kita punya harta pas-pasan, tetapi kita rajin sedekah, dipakai menyekolahkan anak orang lain atau membayarkan orang yang berhutang, dijamin tidak akan habis karena diatasnya ada curahan rizki dari Allah.

Begitulah ungkapan Aa Gym ketika menyelami permasalahan tentang rizki. Marilah kita sempurnakan ikhtiar dan anggap itu sebagai rizki. Apapun yang Allah tetapkan, biarlah Allah yang menghendaki. Bila sudah terjadi apa yang kita inginkan, jangan pernah menjadi ujub dan takabur, karena kesemuanya hanyalah karunia Allah semata. Wallahu ‘alam.

Dzikir sebagai pengisi kekosongan spiritualitas

Secara etimologi, dzikir berasal dari kata (__________________) yang berarti menyebut, mengingat dan peringatan.6 Secara terminology, dzikir adalah mengucapkan berulang-ulang salah satu asma Allah atau kalimat keagunganNya.7 Menurut Al Ghazali, fungsi dzikir yang paling utama adalah untuk membersihkan hati. Ia mengumpamakan hati (qalb) manusia itu seperti kolam yang didalamnya mengalir berbagai macam jenis air. Tentu saja akan berpengaruh pada eksistensi air kolam itu. Pengaruh-pengaruh yang datang ke dalam hati adakalanya berasal dari luar, yaitu panca indera, dan adakalanya berasal dari dalam, yaitu khayal, syahwat dan akhlaq atau tabiat manusia.8

Untuk membersihkan “kolam” (hati) tersebut, sarana utamanya adalah dzikir. Bahkan, syaikh Al Haddad mengatakan bahwa dzikir itu bagaikan “raja” (sulthan) yang dapat menguasai hati dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Beliau menambahkan bahwa, hati yang telah dikuasai oleh dzikir akan menjadi suci dari penyakit dan kotoran hati, seperti kibr, hasad, riya’ dan sifat-sifat lainnya yang merusak. Juga melenyapkan semua khawathir (pikiran-pikiran yang masuk baik terpuji maupun tercela yang bisa bersifat Illahi, spiritual, egosentris, atau setan. Untuk lebih jelasnya lihat Sufi Terminology, karya Amatullah Armstrong, hlm 114-115)

Apabila ingin memiliki hati yang bercahaya

Suci dari segala keruh, maka dawamkan dzikir

Tekunlah engkau siang malam

Dalam setiap keadaan dengan hati dan lisan

Bila kau lazimkan dengan penuh kesempurnaan

Akan nampak cahaya melebihi matahari dan bulan

Ia adalah cahaya yang datangnya langsung dari Tuhan

Sebagaimana tercantum dalam surah An nuur, mantapkanlah.9

Adakah pengaruh dzikir dalam kehidupan?.

Dzikir merupakan salah satu sarana untuk berkomunikasi dan bersilaturrahmi dengan Tuhan. Melalui dzikir, manusia bisa mengangis dan memohon kepada Allah agar dibukakan mata hatinya. Dzikir merupakan upaya umat untuk mendekatkan diri kepada Illahi…upaya untuk bermujahadah atau mendidik nafsu liar. Pasalnya dalam berdzikir, manusia di ajak untuk menyadari hakikat manusia itu yang dulunya tiada menjadi ada, dan kelak akan tiada kembali lantaran kembali kepada Sang Pencipta.10

Dalam kasus Arifin Ilham, dzikir dilakukan dalam rangka membangun pribadi holistic (kaffah).11 Beliau juga menambahkan bahwa apabila dzikir sudah menyatu dalam pribadi seseorang, maka akan mengantarkannya pada tingkat ma’iyatullah. Yakni kesadaran ruhani atau kesadaran spiritual bagi setiap diri yang berdzikir.

Dampak dari pencapaian kesadaran ruhani ini, pada akhirnya akan tumbuh keyakinan bahwa gerak apapun yang terjadi di dalam ini adalah atas kehendak Allah. Bahkan sekecil apapun gerakan itu terjadi tetap dibawah pengetahuan dan tontonan Allah.12 Pandangannya ini diperkuat oleh ayat suci al qur’an surat Saba :3 : “Tiada yang tersembunyi daripada Nya seberat zarrahpun (partikelterkecil) yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tiada pula yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata (lauhul mahfudz)”.

Berikut manfaat dan keistimewaan dari dzikrullah :

Pertama : dzikrullah memberikan keselamatan dunia dan akhirat. Melalui dzikrullah manusia akan selamat dari siksa Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw : “Tidak ada amal yang dapat dilakukan oleh anak adam (manusia) untuk menyelamatkannya dari siksa Allah kecuali berdzikir kepada Allah” (HR Ibn Abi Syaibah dan Ath Thabrani)13

Kedua : dzikrullah memberi ketentraman, hal ini ditegaskan sendiri oleh Allah dalam surat Ar Rad : 28 “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”.14

Ketiga : dzikrullah memberikan keberuntungan atau kesuksesan sejati. Hal ini disebutkan dalam surat Al jum’ah : 10, “Apabila telah ditunaikan shalat (jum’at), maka bertebaranlah kalian di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah (dzikir) banyak-banyak agar kalian beruntung”.15

Tetapi keberuntungan atau kesuksesan sejati itu akan diperoleh seseorang apabila ia telah mensucikan diri dari lima perkara, antara lain :

Pertama : mensucikan diri dari hawa nafsu. Allah SWT berfirman “Sesungguhnya nafsu amarah itu selalu mnyuruh kepada keburukan (kejahatan)” QS. Yusuf : 53)

Kedua : mensucikan diri dari dunia. Dari sini akan muncul sifat-sifat qana’ah, syukur, zuhud, dermawan dan peduli terhadap oranglain. Sesungguhnya dunia ini kecil dan semuanya juga kecil karena yang besar hanya Allah SWT. Semuanya berasal dari Nya dan akan kembali kepada Nya.

Ketiga : mensucikan diri dari dosa-dosa. Orang yang banyak berdzikir akan bersih dan suci. Karena dia akan bersegera membuang dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat mencelakakannya, sepertihalnya berbuat maksiat dll.

Keempat : mensucikan (menghindarkan) diri dari godaan dan tipudaya syaithan. Ust. Arifin Ilham mengatakan “Dia yakin bahwa pembelanya (backing)nya adalah Allah Yang Maha Perkasa (al aziz), yang menguasai segala tipudaya yang dapat menghancurkan dirinya. Denga kehendakNya semata, syaithan pun tidak akan dapat masuk dan menggoda orang-orang yang beriman, karena dia senantiasa berdzikir dan beramal shaleh. Itulah janji Allah kepada hambaNya”16

Kelima : mensucikan diri dari sifat-sifat tercela atau sifat yang buruk.

Lantas, Adakah pengaruh dzikir dalam pembentukan pribadi?

Sesungguhnya melalui dzikir yang dilakukan secara kontinue dan istiqamah akan membentuk pribadi yang utuh dan integralistik. Menurut Arifin Ilham, pribadi seperti ini terbentuk karena dalam diri orang yang berdzikir ada furqan (pembatas/pembeda). Pembeda antara perbuatan yang baik dan benar yang mesti dilakukan dengan perbuatan maksiat, buruk dan tercela yang harus dijauhinya. Mengapa demikian? Karena “puncak dzikir” adalah taqwa. Sementara orang yang bertaqwa sebagaimana janji Allah, dia akan mendapat furqan dan akan dihapuskan dosa-dosanya yang telah lampau.17

Pada bagian lain, Arifin Ilham mengatakan bahwa dzikir itu pada akhirnya akan membentuk pribadi muslim yang “khas” (special) yang berbeda dengan yang lainnya. Kekhasan-kekhasan yang dimiliki oleh orang-orang yang berdzikir tampak pada hal-hal di bawah ini :

Pertama : Bicaranya adalah Da’wah

Mengingat pengaruh suara yang besar bagi manusia, maka bagi orang yang berdzikir kepada Allah, suara atau pembicaraannya niscaya mengandung da’wah atau ajakan kepada Allah. Ini konsekuensi logis dari dzikirnya yang kontinue dan konsisten. Tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir yang sudah dibiasakan akan memberikan kekuatan kepadanya berupa kekuatan ruh, batin, spiritual. Jika dalam dirinya kekuatan ruh telah mendominasi, maka semua perbuatannya akan mengarah kepada ketaatan semata. Sehingga akan menutup ruang untuk berbuat maksiat, melakukan tindakan yang sia-sia dan perkataan yang dusta.

Arifin Ilham mengatakan bahwa, yang paling urgen bagi orang yang berda’wah itu adalah keteladanan. Tanpa keteladanan, kata-katanya yang disampaikan kepada orang lain hanya akan dianggap sebagai “Tong kosong berbunyi nyaring”. Dalam Al qur’an, ketidaksesuaian perkataan dan perbuatan ini sangat di kecam, bahkan sangat di benci oleh Allah dalam FirmanNya: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan” (QS. Al Shaf : 2-3).

Kedua : Diamnya adalah Dzikir

Menurut Arifin Ilham, bagi orang yang selalu berdzikir kepada Allah, maka diamnya itu adalah dzikir. Ia merasa rugi, gelisah, tidak nyaman bahkan akan menderita jika dirinya mengosongkan mengingat Allah walau sekejap. Oleh karena itu, dia akan senantiasa bersungguh-sungguh dalam memelihara jiwa, hati, perasaan, perbuatan dan dalam berbicara. Segala bentuk tindakan dan ucapannya, baik dalam diam, berbaring, duduk, berdiri, berjalan, bekerja dan berbicara adalah sebagai menifestasi dzikir kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah : “Sebenarnya dalam penciptaan langit dan bumi sebagai pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi mereka yang berfikir. Mereka yang mengingat Allah ketika berdiri, ketika duduk, dan ketika berbaring, serta merenungkan penciptaan langit dan bumi itu seraya mengatakan, ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Ali Imran : 190-191)18

Pandangan Arifin Ilham tentang pentingnya diam ini tampaknya sebagai upaya menghindari hal0hal seperti disebutkan oleh Syaikh Al haddad yang mengatakan bahwa, “mulut ini harus digunakan untuk berbicara yang benar, amanah, berkata baik dan lemah lembut. Bicaranya penuh makna, nasihat, menyejukkan, menyadarkan orang lain kepada hal-hal yang baik dan benar”.19 Hal ini harus benar-benar diperhatikan dan dilaksanakan oleh orang-orang yang berdzikir. Karena dia sadar dan merasa setiap bisikan hati, gerak gerik dan sekecil apapun perbuatan adalah selalu diperhatikan dan ditatap oleh Allah.20

Ketiga : Nafasnya adalah Tasbih

Menurut Arifin Ilham, orang yang berdzikir nafasnya adalah tasbih. Dia senantiasa mensucikan diri dalam setiap saat, dimanapun dan dalam keadaan bagaimanapun. Dia tidak mau bernafas bila yang masuk udara kotor/tercemar polusi. Tentu yang dimaksud di sini adalah bahwa dia tidak mau bila pikiran, tindakan dan sikapnya itu kotor.

Anjuran Arifin Ilham agar setiap nafas diisi dengan tasbih berdasarkan pada fakta bahwa seluruh ciptaan Allah yang dilangit dan dibumi bertasbih kepada Nya. Al qur’an telah menjelaskan bahwa “Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar dari manusia? Dan banyak di antara manusia yang (tidak menjalankan sujud) telah ditetapkan azab di atasnya…”. (QS. Al Hajj : 18)

Menurut Muhsin Qira’ati, jika kita menelaah ayat-ayat al qur’an, kita mendapati di dalamnya bahwa Rasulullah diperintahkan untuk bertawakkal sebanyak delapan kali, untuk bersujud dua kali, untuk beristighfar delapan kali, untuk beribadah lima kali, untuk berdzikir lima kali, untuk bertakbir lima kali. Sedangkan perintah untuk bertasbih sebanyak enam belas kali.21

Perintah Allah di atas mengindikasikan betapa pentingnya dzikir subhanallah. Di samping signifikasi konstruksionalnya dalam pemikiran dan perbuatan seseorang yang melaksanakan shalat. Imam Ala sajjad berkata, “Jika seorang hamba mengatakan subhanallah, seluruh malaikat akan bershalawat kepadanya”.22

Keempat : Matanya adalah Rahmat.

Menurut Arifin Ilham, orang yang selalu berdzikir kepada Allah itu, maka matanya menjadi rahmat. Mata rahmat dapat di lihat dari sikap hidupnya. Dari matanya memancar cahaya sayang dan penyayang. Beliau menambahkan, mata rahmat adalah mata yang banyak dipergunakan untuk mensyukuri nikmat Allah. Caranya adalah dengan mempergunakan mata kita untuk membaca Al qur’an, buku ilmu pengetahuan, membaca alam semesta sebagai tanda kebesaran dan keagungan Allah SWT, dan sebagainya. Bila ini kita lakukan dengan sungguh-sungguh, Insya Allah kita menjadi orang-orang yang berilmu dan menguasai IPTEK.

Kelima : Fikirannya selalu Husnudzan.

Menurut Arifin Ilham, orang yang selalu berdzikir kepada Allah akan melahirkan pribadi yang berfikir husnudzan (prasangka baik). Baginya dunia itu indah, karena dia selalu berfikir positif (positive thinking). Orang yang memiliki fikiran seperti inilah yang selamat. Dan sebaliknya, orang yang terbiasa berburuk sangka atau berfikir negatif (negative thinking) akan mengalami penderitaan.23

Konsekuensi logis dari orang yang berdzikir kepada Allah dapat dilihat ketika sakit dia bersabar, menerima apa adanya dan berfikir positif/berprasangka baik kepada Allah. Dia menimpakan penyakit kepada dirinya, mungkin untuk mengangkat penyakit-penyakit yang ada atau lebih besar lagi. Dengan adanya sakit, dia menyadari bahwa betapa besarnya nilai kesehatan dalam hidup ini. Oleh karena itu, dia senantiasa menjaga kesehatan, menjaga kebersihan, hidup sederhana dengan makan yang cukup dan dibutuhkan oleh tubuh.24

Keenam : Hatinya adalah do’a.

Arifin Ilham mengatakan, bahwa orang yang berdzikir gerakan hatinya adalah do’a. ketika melihat apa saja, ia senantiasa berdoa. Melihat anak kecil, dia berdoa. Melihat orang tua dia berdoa. Setiap melihat kejadian-kejadian dalam kehidupan meupun dalam alam semesta di selalu berdoa. Melihat batu, sungai, laut, alam semesta dan segala wujud ciptaan Allah, dia selalu berdoa.25

Ketujuh : Tangannya adalah Sedekah.

“Orang yang tidak mementingkan diri sendiri lebih banyak keuntungan dari kehidupan daripada orang yang selalu mementingkan diri sendiri. Walau tampak menguntungkan, sikap egois sesungguhnya merugikan”. ( Hazrat Inayat Khan )

Orang yang berdzikir tangannya adalah sedekah. Hal ini didorong oleh rasa kecintaannya yang mendalam kepada Allah. Sehingga, sebagai ekspresi cintanya itu yang ada dalam fikirannya adalah keinginan untuk selalu memberi kepada orang lain.

Arifin Ilham mengutip pendapat Imam Suyuthi yang mengatakan, “Bila orang itu bersyukur, yang ada dalam dirinya, dia hanya memberi. Dan bila ada orang yang kurang (tidak) bersyukur, yang ada dirinya, dia hanya meminta”.26 Ditambahkannya, bagi orang yang berdzikir seharusnya memperhatikan nasib orang lain dan memberikan solusi atau jalan keluar yang terbaik untuk mereka terhadap setiap permasalahan yang timbul. Solusi yang dimaksud antara lain dengan tangannya, dengan fikirannya, dengan hartanya maupun dengan tenaga yang dimilikinya. Dia hentikan hasrat dan kepentingan-kepentingan pribadinya untuk lebih mendahulukan kepentingan orang lain dan demi kepentingan bersama.

Kedelapan : Kakinya Jihad.

Jihad dalam pandangan Arifin Ilham lebih menekankan pada “berjuang dan melawan segala keadaan yang dapat menghalangi dan menghambat keimanan, ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah. Pada saat yang sama, dia senantiasa memburu kebaikan-kebaikan, menegakkan dan berpegang taguh kepada nilai-nilai Ilahiyah dan kemanusiaan (akhlaq) dalam kehidupan sehari-hari. Kesemuanya bermuara kepada mencari keridhaan Allah SWT.27

Di lain pihak, Arifin Ilham menghubungkan antara cinta dengan jihad. Baginya, jihad besar dan jihad kecil akan terlaksana jika dilandasi oleh perasaan cinta yang mendalam kepada Allah. “Saking cintanya para mujahid itu”. Tandasnya “maka yang ada hanyalah jihad dan jihad! Dia korbankan jiwa raganya di jalan Allah”.28

Kesembilan : Kekuatannya pada silaturrahim

Orang yang berdzikir dalam hidupnya senantiasa menjalin hubungan silaturrahmi dengan orang lain. Dia tahu bahwa dalam kehidupan ini, bersikap baik, perilaku baik dan rasa hormat yang diberikan orang lain tidak terbatas hanya kepada orang tua, suami, istri, anak, dan kerabat dekat. Tetapi meluas kepada keluarga besar seiman, bahkan keluarga besar manuasia penghuni bumi dan kepada setiap makhluq Allah.29

Pandangan ini mengindikasikan bahwa silaturrahmi menurut Arifin Ilham, harus tidak lagi terikat oleh hubungan darah, keluarga, kelompok-kelompok tertentu, suku, bangsa, bahasa, budaya, dll. Namun, ikatan yang paling kuat adalah keimanan dan kemanusiaan serta di bentuk atas cinta dan kasih sayang antar sesama manusia dan makhluq Allah lainnya. Hal ini diperjelas dengan hadits Rasulullah SAW : “ Siapa yang ingin dilapangkan rizkinya, dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia melakukan silaturrahmi”.30 (HR. Muttafaqqun Alaih)

Kesepuluh : Silaturrahim dan bisnis

Cukup menarik pandangan Arifin Ilham mengenai adanya kaitan erat antara silaturrahmi dan bisnis. Menurutnya, makna “dilapangkan rizkinya” dalam hadits diatas adalah bahwa melalui hubungan silaturahmi, maka akan terbentuk jalinan baik dengan orang lain atau antar sesama manusia. Adanya peluang-peluang bisnis adalah akibat langsung dari banyaknya hubungan (tali silaturrahmi) dengan orang lain.

Buah dari suka menjalin tali silaturrahmi semaksimal mungkin dengan orang lain, dengan penuh rasa kasih sayang dan dengan melakukan kebaikan-kebaikan kepadanya adalah Allah akan memberikan rizki dengan tanpa disangka-sangka.

Kesebelas : Kerinduannya dengan Syari’at Allah

Menurut Arifin Ilham, orang yang berdzikir sangat berharap dan sangat merindukan tegaknya syari’at Allah di muka bumi, baik dalam tingkat kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat sekitar di mana dia hidup, negara maupun dalam tingkat dunia internasional.

Keduabelas : Kesibukannya Asyik memperbaiki diri

Arifin Ilham mengatakan bahwa, orang yang berdzikir kesibukannya yaitu asyik memperbaiki diri. Dia tidak tertarik mencari kekurangan orang lain, apalagi aib orang lain. Sebaliknya, dirinya malah sibuk melakukan muhasabah. Introspeksi ke dalam diri dan sekaligus bergegas untuk melakukan kebaikan-kebaikan dalam setiap kesempatan.

Mengingat setiap perbuatan baik atau buruk akan menimbulkan efek langsung bagi pelakunya di dunia ini. Sekali lagi Arifin Ilham menggaris bawahi bahwa orang yang berdzikir pastilah menyadari hal ini. Untuk itu, ia akan bersikap arif dan bijak dengan senantiasa sibuk memperbaiki diri, memburu kebaikan-kebaikan dan menyibukkan diri dengan amal ibadah, yakni taat dan bertaqwa kepada Allah SWT.31

Dengan demikian pada dasarnya di dalam diri tiap manusia terdapat kebutuhan spiritual, tidak hanya bagi mereka yang beragama, tetapi juga mereka yang sekuler sekalipun. Dr Howard Clinebell menginventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia, antara lain :

1) Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust) yang senantiasa secara teratur terus menerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah ibadah.

2) Kebutuhan akan makna hidup, tujuan hidup dalam membangun hubungan yang selaras, serasi, seimbang dengan Tuhannya (vertical) dan dengan sesama manusia (horizontal) serta alam sekitarnya.

3) Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dalam hidup keseharian.

4) Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan selalu secara teratur mengadakan hubungan dengan Tuhan (vertical)

5) Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan berdosa.

6) Kebutuhan akan peneriman diri dan harga diri (self acceptance dan self esteem)

7) Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap masa depan.

8) Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang semakin tinggi sebagai pribadi yang utuh (integrated personality)

9) Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama manusia.

10) Kebutuha akan kehidupan bermasyarakat yang sarat dengan nilai-nilai religiusitas.

Renungilah sejenak, nasihat dari orang-orang bijak berikut ini, Berhati-hatilah wahai manusia akan tipuan-tipuan duniawi. Sebagai contoh orang-orang bijak telah memperlihatkan bahwa manusia telah tertipu oleh keindahan dunia sehingga mereka secara membabi buta memburu dunia ini. Mereka berkata, orang yang tertipu oleh dunia ini adalah ibarat seseorang yang menggantung dalam sebuah sumur dengan tali yang terikat pada pinggangnya. Dalam kedalaman sumur itu terdapat seekor ularnaga besar yang sedang menunggu kejatuhannya dan sedang membuka mulutnya untuk menelannya. Diatas sumur itu terdapat dua ekor tikus putih dan hitam yang teru menerus menggerogoti tali itu, walaupun orang itu dapat melihat ularnaga itu dan tali yang tergigit perlahan-lahan, ia tetap mendorong dirinya ke arah sedikit madu yang menempel di dinding sumur itu dan bercampur dengan tanah. Sementara ada beberapa ekor lebah yang bertarung untuk mendapatkan madu itu dan bersaing dengan lebah-lebah itu tanpa memperhatikan situasi yang ada diatas dan di bawahnya selama ia dapat merasakan manisnya isapan madu itu.

Gambaran diatas mempresentasikan manusia, sedangkan tali diatas adalah umurnya, ularnaga adalah kematiannya,, dua ekor tikus adalah siang dan malam, madu bercampur tanah adalah kesenangan-kesenangan dunia yang bercampur dengan kesedihan-kesedihan dan dosa serta kawanan lebah adalah anak-anak di dunia ini yang saling berkompetisi untuk mendapat kesenangannya.

Pelajaran atau contoh demikian hanya dapat mempengaruhi hati-hati manusia yang cerah dan intelektualitas yang sadar. Seorang bijak berkata, jika hati seorang terkunci oleh kecintaan pada dunia ini, berepapun banyaknya khutbah atau pencerahan dan peringatan yang diberikan, tidak akan bermanfaat terhadap tubuh yang benar-benar dipenuhi penyakit.

Teruntuk mereka yang hatinya telah tercerahkan, niscaya dia akan mampu menangkap kehendak-kehendak Allah. Jiwanya tidak pernah hidup dalam baying-bayang kegelisahan dan kegalauan. Karena dia telah memasrahkan secara total hidupnya kepada Allah. Sehingga dia menyerahkan masa lalu, masa kini dan masa depannya kepada Allah. Apa pun yang terjadi dalam hidupnya, susah dan senang, suka dan duka, adalah kenikmatan yang harus disyukuri.

Sebelum mengakhiri tulisan ini penulis mengutip sebuah puisi yang pernah memotivasi penulis untuk melangkah menuju ke jalan Nya.

Teruntuk saudara dan saudari ku.

Selamat untuk semua yang telah kau capai

Sekarang kau telah bertambah dewasa

Kurasa tulang-tulangmu tlah sanggup menopangmu

Tuk melangkah dalam berbagai area kehidupan

Dan sel-sel tubuhmu telah berkembang penuh

Sehingga telah mantap membantumu meraih cita-cita perjuanganmu

Pertanyaannya, kemana kau kan menuju?

Semoga kau kelak mampu menemukan tempat yang stabil tuk berpijak

Semoga kau telah menemukan jalan yang…mungkin agak tidak mudah,

Tapi mampu tuk menambahkan makna pada hidupmu yang semakin indah

Kulihat matamu makin bersinar,

Pertanda bahwa kau telah mampu melihat jernih isi dunia,

Menatap dengan pandangan positif, apapun itu yang mungkin merintangi jalanmu.

Tapi tak sanggup tuk menghambat langkahmu

Dan ku yakin, bukan hanya mereka…

Pada saatnya, akan ada yang kan mulai menemanimu

Yang telah di tentukan Allah untukmu…

Saudara/I ku… untuk itu, kita harus bersiap diri,

Jagalah selalu fisikmu, apa yang kau minum, apa yang kau makan

Sehingga mereka yang lahir melalui-mu

Kan punya bekal yang baik untuk hidupnya

Setiap memungkinkan, singgahlah di tiap mata air pengetahuan,

Yang di sana kau dapat menemukan

Keberartian usaha yang telah di capai orang-orang terdahulu…

Sediakan waktu untuk melatih kesabaran

Tiap kali dibutuhkan, ambil dua detik untuk menepi

Dan tersenyum merenungi apa yang baru kau alami,

Setiap kali kau perlu, ada dua malaikat dipundakmu,

Satu untuk menyusun curriculum vitae mu, dan satu lagi untuk mengingatkan

Bahwa ada konsekuensi untuk tiap keputusan, seringan apapun itu.

Pungutlah hikmah walaupun berserakan,

Tambahlah terus bekal, untuk pengabdianmu pada umat…

Kau tahu, seperti yang Nabi sampaikan,

Yang terbaik diantara umat, adalah yang paling banyak memberikan kontribusinya…

Dan untuk amanah itulah kita di dunia.

Selamat meraih hidup yang penuh arti…wahai saudara/I ku…

By: Tim ILNA

(Penulis adalah anggota FLP-Forum Lingkar Pena cab Mojokerto)

Referensi :

Ø Abdullah Gymnastiar, “Manajemen Qalbu untuk Melejitkan Potensi” (Bandung: MQS. Publishing) 2004

Ø Tim ILNA (Ilman Naa’fian) “Jadi muslimah Kudu sukses” (Bandung: Syaamil Citra Media) 2004

Ø Sulaiman Al Kumayi, “Menuju Hidup Sukses”, (Semarang: Pustaka Nuun) 2005



1 Kuntowijoyo, Paradigma Islam : Interpretasi Untuk Aksi, (Bandung : Mizan, 1994) hlm. 159

2 Ibid, hlm 161

3 Nurcholis Madjid, “Makna Hidup Bagi Manusia Modern”, Kata pengantar untuk Hanna Djumhana Bastaman, M Psi. Meraih Hidup Bermakna : Kisah pribadi dengan pengalaman tragis, hlm. Xv-Xvi.

4 Haidar Bagir, “Manusia Modern Mendamba Allah” dalam Ahmad Najib Burhani (e.d) Manusia Modern Mendamba Allah : Renungan Tasawuf Positif (Jakarta : Iman dan Hikmah, 1422/2002). Jlm xii.

5 Nurcholis Madjid, “Makna Hidup Bagi Manusia Modern”. Hlm xix

6 Jamal Al Din Muhammad bin Mukarram Al Anshari, “Lisan Al Arab” (Mesir : Dar Al Misriyah) hlm 395-397

7 Amatullah Armstrong, “Sufi Terminology (Al Qamusal Sufi) : The Mystycal Language of Islam (Kuala Lumpur : AS Noorden, 1416/1995) hlm. 41

8 Al ghazali., “Ihya Ulumuddin”, jilid III. Hlm 41

9 Idris Abdullah Al kaf, “Bisikan-bisikan Ilahi” hlm 177-178

10 Achmad Nawawi Mujtaba (e.d), “Menggapai Kenikmatan Dzikir”, hlm 122

11 Lihat lebih jauh: Muhammad Arifin Ilham dan Syamsul Yakin, Indonesia Berdzikir: Risalah Anak Bangsa untuk Negeri Tercinta (Jakarta Intuisi Press, 2004)

12 Muhammad Arifin Ilham, “Renungan-renungan Dzikir”, hlm 34

13 Muhammad Arifin Ilham dan Debby Nasution, “Hikmah Dzikir Berjamaah” (Jakarta: Republika, 2003) hlm 9-10

14 Ibid, hlm 10-11

15 Achmad Mubarok, “Jiwa dalam Al qur’an: Solusi krisis Manusia Modern” (Jakarta : Paramadina, 2000) hlm 11

16 Muhammad Arifin Ilham, “Renungan-renungan Dzikir” hlm 123

17 Lihat QS. Al Anfal : Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosamu) dan Allah mempunyai karunia yang besar”.

18 Muhammad Arifin Ilham, “Renungan-renungan Dzikir”, hlm 52-53

19 Ibid, hlm 53

20 Ibid, hlm 53-54

21 Muhsin Qira’ati, “Pancaran Cahaya Shalat”, hlm 141

22 Ibid, hlm 142

23 Muhammad Arifin Ilham, “Renungan-renungan Dzikir”, hlm 62

24 Ibid, hlm 64

25 Ibid, hlm 70-71

26 Ibid, hlm 73

27 Ibid, hlm 84

28 Ibid, hlm 83

29 Ibid, hlm 85

30 Ibid, hlm 89-90

31 Ibid, hlm 105

Selengkapnya......

© Blogger Templates | Admin Email:flp_mojokerto@plasa.com